Blogger Widgets

Rabu, 30 Oktober 2013

Emha Ainun Nadjib, turut memeriahkan Festival TegalBoto



Siapa tak kenal dengan sosok Emha Ainun najib? Legenda yang akrab dengan panggilan Cak Nun ini akan turut memeriahkan festival TealBoto yng akan diselenggarakan Universitas Jember pada bulan November mendatang. Sungguh penghormatan yang sangat luar biasa, seorang seniman terkemuka mau datang dalam acara ini. Tak etis rasanya jika kita belum mengetauhi profil dari sang seniman dan intelektual  yang berkenan memeriahkan peringatan Dies natalies UJ yang k 49 ini.
Muhammad Ainun Nadjib atau yang biasa di kenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun(lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 60 tahun) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung napas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas EkonomiUniversitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Darussalam Gontor karena melakukan ‘demo’ melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang kurang baik pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah keYogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi.
Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain itu ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah beralngsung lebih dari 10 tahun.

Memacu kehidupan multi-kesenian Yogya bersama Halim HD, jaringan kesenian melalui Sanggar Bambu, aktif di Teater Dinasti dan menghasilkan repertoar serta pementasan drama. Beberapa karyanya:
·         Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
·         Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
·         Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
·         Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
·         Kemudian bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
·         Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
·         Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
·         Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para SetanPak Kanjeng, serta Duta Dari Masa Depan.
·         Dan yang terbaru adalah pementasan teater Tikungan Iblis yang diadakan di Yogyakarta dan Jakarta bersama Teater Dinasti
·         Teater Nabi Darurat Rasul AdHoc bersama Teater Perdikan dan Letto yang menggambarkan betapa rusaknya manusia Indonesia sehingga hanya manusia sekelas Nabi yang bisa membenahinya (2012)

Cak nun selain piawai memainkan teater, film dan puisi juga piawai dalam menulis essay. Ini terbukti dari banyaknya buku essay yang di buatnya. Buku-buku esainya tak kurang dari 30 antara lain yang terbaru dari tahun 2000 hingga sekarang yaitu:

·         Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
·         Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
·         Menelusuri Titik Keimanan (2001),
·         Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
·         Segitiga Cinta (2001),
·         Kitab Ketentraman (2001),
·         Trilogi Kumpulan Puisi (2001),
·         Tahajjud Cinta (2003),
·         Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003),
·         Folklore Madura (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
·         Puasa Itu Puasa (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
·         Syair-Syair Asmaul Husna (Agustus 2005, Yogyakarta; Penerbit Progress)
·         Kafir Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress),
·         Kerajaan Indonesia (Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
·         Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006; Penerbit Kompas),
·         Istriku Seribu (Desember 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
·         Orang Maiyah (Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,),
·         Tidak. Jibril Tidak Pensiun (Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress),
·         Kagum Pada Orang Indonesia (Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress),
·   Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Mei 2008, Yogyakarta: Penerbit Progress)
·         DEMOKRASI La Raiba Fih(cet ketiga, Mei 2010, Jakarta: Kompas)


Sungguh luar biasa ya profil dari sang seniman ini. Penasaran pengen ketemu langsung? Tunggu aja di acara festival TegalBoto yang akan di selenggarakan bulan November mendatang. Info lanjut lihat baliho di depan Double Way ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar